Ada Apa Dengan Anak Usia 2-3 Tahun?
Sumber: Pixabay |
Assalamu'alaikum..
Adakah bunda di sini yang memiliki anak usia 2-3 tahun? Suka gemes ngga bu ngelihat tingkah polanya yang terkadang berlebihan seperti sering teriak, sebentar-sebentar nangis, kalau dilarang seperti malah disuruh?! Kalau saya si iyes, sampe rasanya mulut ini pengen ngomel terus, hehe (niatnya nasehatin sih ) :).
Ada saja ulahnya yang bikin gemess, hehe. Udah gitu kalau dinasehatin seringnya bilang "emong, ngga mau!". Beuh langsung deh tersulut buat ngomel-ngomel hiks.
Sudah berusaha buat stay cool dengan mengingat beberapa petuah yang pernah ku dapat dari teman, atau baca buku dan internet seperti: " jangan terlalu memasang target untuk anak batita/ balita". "Otak anak belum sempurna, jangan samakan dengan pemikiran orang dewasa ya"."Jangan marahi anak, karena bisa memutus perkembangan sel-sel syarafnya", dll. Sejenak ku tersadar akan kesalahanku, tapi ketika anak berbuat hal-hal yang tak terduga lagi, mulai deh tersulut kembali emosiku. Astaghfirullah. Sabar itu memang tidak mudah pemirsah.
Nah salah satu cara buat bersabar sama tingkah pola anak di usia ini, sebelumnya ada beberapa karakteristik yang harus kita pahami pada anak usia 2-3 th ini. Apa saja?
1. Suka Meniru
Anak adalah peniru ulung. Meniru apapun yang dia lihat dan dengar dari orang-orang yang berinteraksi dengannya. Mulai meniru dari kata-kata, ekspresi wajah, sampai perbuatan seperti menyetrika baju, bantu jemur pakaian, nyapu, nyuci, dll.
Kalau pas niru yang baik-baik sih seneng-seneng saja ya. Nah kalau niru yang kurang baik ini yang berabe, hehe. Benar adanya, jadi orang tua itu memang harus senantiasa belajar dan berbenah diri untuk menjadi pribadi lebih baik dari hari kehari.
2. Kemampuan bahasa berkembang pesat
Pada usia ini, anak mulai bisa mengerti frase, kata sifat dan makin banyak kosa kata baru. Awalnya hanya bisa mengucap kata perkata yang belum bisa dipahami secara jelas. Lama lama mulai bisa mengucap frase bahkan kalimat. Bahkan bisa menyanyikan lagu anak anak yang sederhana secara lengkap seperti burung kaka tua, cicak-cicak di dinding :).
Apalagi anak saya, sepertinya kalau bangun maunya bicara terus. Main yaa sambil ngomong, apapun itu, sekalipun ngga ada temannya, hehe. Ko yo ada saja yang dia ucapkan yaa :D. Alhamdulillah, siapa tahu si kaka memang bakatnya di sisi komunikasi, bisa diplomat, public speakers, motivator handal, dll..Aamiin
3. Suka bermain dengan teman sebayanya
Saya pribadi termasuk sangat jarang mengajak anak bermain di luar, seringnya malah tutupan di rumah, hehe. Malesnya kalau sekali saya ajak main ko yo ngga mau pulang, hiks. Kalau ada temannya depan rumah, langsung tuh si kecil manggil-manggil dan minta keluar. Tapi walau saya jarang mengajaknya keluar, saya tetap mengalokasikan waktu buatnya untuk bermain dengan teman sebayanya si. Misalnya di sore hari, saat saya ngajar ngaji, si kecil saya bawa. Kebetulan ada teman sebanya di sana, si kecil asyik bermain dan saya bisa tenang mengajar.
Sering juga setelah ayahnya pulang kerja di sore hari, si kecil akan diajak bermain dengan tetangga sambil menyuapinya makan. Kalau pas weekend, kita ajak si kecil ke play ground. Saat liburan tiba, kita pulang kampung, kita biarin tuh si kecil main dengan sodara-sodaranya tanpa batas. Atau bahkan saat ada keluarga ke rumah, biasanya si kecil akan mengajak kakek neneknya, uanya muter-muter keliling kompleks perumahan buat bermain, hehe.
4. Ego individual mulai tumbuh
Anak usia 2-3 tahun seolah-olah terlihat menjadi lebih keras kepala dan egois. Tapi tenang, ini adalah normal. Seperti yang saya katakan sebelumnya, anak pada usia ini mulai bisa menolak apa-apa yang kita minta darinya. Misalnya saat kita minta dia mandi, makan, dengan spontan anak akan bilang bilang "emong/ ngga mau!". Atau saat kita melarangnya berbuat sesuatu, anak menjadi lebih terkesan membangkang, hiks. Ditambah lagi dia menjadi lebih sering berteriak dan nangis :(.
Saya kerasa banget dengan perubahan ego si kecil setelah usianya dua tahun. Dimana sebelumnya anak terasa lebih mudah diatur dan nurut, kesini-kesini ko semakin terkesan mbangkang dan menolak hampir semua yang saya katakan. Jujur saya sering tersulut emosi. Ternyata setelah baca artikel, hal ini normal. Bahkan kata seorang psikolog, kelak ketika sudah beranjak dewasa, ego ini akan bermanfaat buatnya, dengan ego yang dimilikinya, anak akan memiliki prinsip yang kuat (bisa menempatkan diri, kapan berkata iya dan tidak).
Bersabarlah, mungkin sekarang kita belum bisa melihat hal yang positif dari tingkah polanya, mungkin sekarang kita belum bisa melihat dan merasakan buahnya yang manis..tapi yakinlah Allah menciptakan manusia dengan keistimewaan masing-masing..Semoga kelak dia akan menjadi pribadi yang membanggakan dan membawa keberkahan, Aamiin
Positifnya, tumbuhnya ego individual ini menjadikan anak ingin mencoba banyak hal sendiri seperti mandi sendiri, sikat gigi sendiri, pakai baju sendiri, makan sendiri, dll. Satu sisi seneng sih tapi kadang gemes juga kalau pas mau mandi sendiri eh ngga mau sabunan, kurang bersih, akhirnya saya bantu dan dia menangis kenceng, beuh :(. Atau pas makan sendiri, makanannnya berceceran dimana-mana, makannya diemut dan ngga habis-habis, akhirnya saya tawarkan bantuan buat nyuapin eh dianya malah nangis, hiks.
Benar juga apa yang dikatakan teman saya, kalau punya anak kecil itu turunkan standar keidealisan kita. Ngga mungkin kan yaa kita menerapkan standar kebersihan kita kepada anak batita/ balita kita?! Justru saat si kecil ingin melakukan apa-apa sendiri, inilah saat yang tepat untuk menanamkan kemandirian, menanamkan kebiasaan hidup yang baik kepada si kecil . Tapi sebelumnya kita harus bisa memanage mindset dan kesabaran kita dulu tentunya :)
5. Belum bisa mengerti perasaan orang lain
Nah ini hal yang harus kita pahami sebagai orang tua, supaya kita tidak menjudge anak dengan hal-hal yang negatif, seperti pelit saat dia ngga mau berbagi sesuatu, ngga tau diri saat dia mengakui barang orang lain sebagai miliknya atau terkesan biasa saja saat kita sedih dan menangis. Ingat, anak diusia ini cenderung hanya mau melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya. Maka tak jarang, orang tua melabelinya " anak ko semaunya sendiri?!". Memang inilah masanya ..:)
Pada usia 2-3 tahun adalah fase yang tepat untuk menstimulasi anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan memiliki inisiatif serta mampu bersosialisasi dengan teman. Dr. Sofia Hartati (Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD)
Nah ini sedikit sharing dari saya, dengan menulis tema ini bukan berarti saya sudah lulus ujian kesabaran dalam mengurus anak diusia emas yang butuh banyak energi ini. Tapi ini menjadikan saya belajar kembali, sebagai pengingat diri yang sering khilaf dan sebagai self healing juga sebenarnya. Semoga bermanfaat :)
Baca Juga: Cara Yang Tepat Dalam Mengajarkan Adab Pada Anak Usia Dibawah 7 Tahun
Baca Juga: Cara Yang Tepat Dalam Mengajarkan Adab Pada Anak Usia Dibawah 7 Tahun
Wassalamu'alaikum..
Saya belum punya anak mbak tapi ponakan2 banyak 😂
ReplyDeleteSaya kadang juga gemes kalo sama anak yg aktif banget tapi susah dikasih tau. Tapi ya karena sadar mereka masih kecil jd ga bisa galak hehe
benar mba anggun :)
DeleteAnak usia segitu mengingatkan saya sama Kirana.. hehe... Sebagai orang tua (anak 15mo) jadi merasa penuh tantangan menghadapi fase ini .. Bismillah.... Semoga bisa stimulus Daffa biar jadi anak yang mandiri dan pandai bersosialisasi sama temennya...
ReplyDeleteAamiin, tetap semangat bund :)
DeleteSemoga selalu diberi kesabaran melimpah dalam mendidik dan membesarkannya..😘
ReplyDeleteKak Ghifa ya sama persis Mbak sama Kamila. Andalanku kalau dia nangis tak biarin sih sampai diem. Ntar kalau sudah selesai nangis dia bakalan datang ke aku terus meluk. Baru deh omelanju meluncur untuk menasihatinya.
ReplyDeleteAnak usia 2-3 tahun lagi lucu-lucunya.
ReplyDeleteDan motorik otaknya merekam dengan cepat apa yang dia lihat dan peniru ulung 😁