Cara Yang Tepat Dalam Mengajarkan Adab Pada Anak Usia Dibawah 7 Tahun
Sebenarnya tulisan ini merupakan tulisannya Ust. Harry Santosa dengan sedikit perubahan sesuai dengan kondisi yang saya alami. Materi ini penting banget bagi siapa saja yang ngebet untuk mengajarkan adab bagi anaknya yang berusia di bawah 7 tahun. Mari kita merenung bersama :) Oh ya sebelumnya saya mau sedikit memperkenalkan sang penulisnya dulu ya. Jadi Ust. Harry Santosa ini merupakan pakar parenting, lebih khususnya dibidang pendidikan anak berbasis fitrah dan akhlak.
Sebagai orang tua, tentu kita menginginkan anak kita tumbuh menjadi anak yang disiplin, mandiri, berakhlak baik bukan? Tapi saat kita menginginkan semua itu terjadi secara cepat dan kilat disaat usianya masih dini, ternyata itu kurang tepat moms.
Tulisan ini sekaligus mengingatkan saya yang sering khilaf dan salah saat mendidik anak untuk menjadi beradab, diusianya yang baru menginjak 2,5 tahun. Astaghfirullah, maafkan ummimu ini nak. Jujur saya pribadi merasa tertampar dengan tulisanUst.Harry ini. Mari kita simak, mungkin sobat di sini ada yang pernah baca atau mendengarnya.
Kata Ust. Harry, anak usia di bawah 7 tahun fitrahnya baru tumbuh merekah, jadi harus hati-hati dalam menanamkannya. Utamakan cinta dalam mendidiknya. Menurut para psikolog, usia anak di bawah 7 tahun adalah masanya pra latihan, pra operasional. Anak belum punya tanggung jawab baik moral apalagi sosial
Dalam islam, Allah saja baru memerintahkan anak untuk sholat saat usianya mencapai 7 tahun bukan sejak dini. Karena Allah tahu, tidak ada anak di bawah 7 tahun yang menyukai gerakan formal dan tertib. Oleh karena itu betapa pentingnya merawat imaji-imaji keindahan anak di bawah usia 7 tahun. Pada usia ini, Imaji dan abstraksi anak sedang dalam masa puncak. Untuk itu sangat penting bagi kita para orang tua untuk bermain, bercanda dan membahagiakan hati anak kita.
Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla"
MasyaAllah, saya jadi merenung dan menyesal. Sepertinya saya pribadi lebih banyak ngomel biar anak memilki adab , dibanding menyenangkan hatinya, hiks. Lalu pertanyaannya, boleh ngga kita mendidiknya untuk beradab, mandiri dan disiplin?
Tentu saja boleh! Mendidik dengan menumbuhkan antusias, gairah, cinta, dll. Mendidik dengan memperhatikan tahapan usia, kematangan, perasaan, fikiran dan sifatnya. Mendidik dengan bijak, kreatif, cinta sekaligus logika (nalar) agar tidak mencederai fitrahnya.
Caranya bagaimana?
1. Inspirasikan, Imajikan dan teladankan indahnya perilaku baik melalui kisah-kisah indah maupun secara langsung
Jangan paksa anak untuk melakukan kebaikan jika sedang tidak mau, karena mereka belum memiliki kesadaran akan nilai. Namun di waktu yang nyaman dan menyenangkan, perbanyak menginspirasi dan meneladankan. Misalnya ajaklah anak membereskan mainan dengan bermain. Ini akan jauh lebih berkesan bagi anak, daripada dengan cara-cara instan.
Saya merasa tertampar nih pada point ini. Saya sering meminta anak membereskan mainan dengan memerintah, memaksa dan kalau ngga mau juga maka saya akan mengancam seperti: "ka, kalau kaka ngga mau beresin mainan, kalau ummi jalan-jalan, ummi ngga mau ajak kaka lagi". "Ka, kalau kaka makannya ngga habis, ummi ngga mau ngasih eskrim", dll.
Duh, saya ko tega amat yaa. Eh tapi bukannya jahat si, jujur saya hanya ngga punya stok sabar yang banyak dan saya kurang kreatif untuk memerintah dengan cara yang menyenangkan. So PR saya, temukan cara-cara yang menyenangkan dan ampuh itu.
2. Salurkan potensi energinya dan sifat uniknya, jangan membenturkannya dengan akhlak dan adab
Misalnya anak yang cerewet dimarahi padahal bisa jadi ini potensi anak yang suka berkomunikasi. Ini juga pernah saya alami. Anak saya yang pertama hobinya berceloteh. Suatu waktu saat adeknya tidur terlelap eh dia bicara terus akhirnya saya omelin karena takut ganggu adeknya :(.
Baiknya, jika anak suka berkomunikasi (cerewet) beri tugas yang banyak bicara, misalnya beri panggung untuk bercerita dan berkisah, dengarkan dengan antusias. Beri jadwal menyapa nenek dan kakek, mengantarkan makanan atau undangan ke tetangga dll. Lihatlah betapa antusias dan gerak semangatnya ketika menjalaninya. Noted!
3. Banyaklah berempati dengan menggali perasaannya. Berhenti menggunakan kacamata kita dalam menyerap maksud perilaku anak, gunakanlah kacamata anak.
Ingatlah, setiap perilaku anak yang nampak nakal adalah jeritan hati anak yang tak bertemu jalan keluarnya, maka tangkaplah maknanya, bacalah binar atau redup matanya, amati gestur tubuhnya dan temukan kebutuhannya dan solusinya.
4. Dahulukan pesan kebaikan, bukan pesan keburukan
Misal jika anak naik meja makan, daripada berteriak, "jangan nakal, jangan naik, nanti jatuh, nanti kotor..." . Sebaiknya katakan "nak, meja itu untuk makan ya sayaang, kaki kamu untuk jalan di lantai atau jalan ke masjid".
Dengan ini, anak akan mengingat kebaikan lebih banyak dan akan lebih berkesan daripada keburukan.
5. Adabkan anak dengan cinta, sehingga dia akan cinta pada adab
Temukan cara dan waktu yang tepat untuk membuatnya bergairah pada kebaikan.
Anak di bawah usia 7 tahun yang terlalu cepat diadabkan dengan cara-cara yang tidak alamiah (shortcut), maka kelak kita akan temukan anak yang tidak beradab karena mereka menangkap kesan buruk tentang adab, lalu membenci adab sepanjang hidupnya. Naudzubillahimindzalik..
Ingatlah bahwa adab bukan tentang disiplin dan etika, namun tentang perbuatan yang berderajat dan bermartabat indah yang sesuai dengan fitrah manusia..
Semoga tulisan Ust. Harry ini menjadi renungan bagi kita bersama untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Dan semoga Allah S.W.T memudahkan kita untuk menerapkan ilmu ini, Aamiin..
Wassalamu'alaikum..
anak biasanya akan meniru dan melihat orangtuanya. kalau orang tuanya baik dia akan baik juga.
ReplyDeleteiya pak, bener banget ini..
DeleteKetika sudah layak, biasanya akan muncul tanda tanda fitrah bahwa anak siap utk dididk lebih kencang.
ReplyDeleteMendidik dg logika penting, tapi mendidik dengan cinta dan agama jauh lebih penting
betul mas, dahulukan berpikir sebelum bertindak, bertindaklah dg cinta dan pemahaman agama :)
Deleteduh mba kena banget di bagian kalo anak-anak diajarkan adab dengan shortcut maka nantinya mereka bakal tidak beradab
ReplyDeleteiya, saya juga tertohok dengan kalimat ini
DeleteSama Mba, kadang saya suka merintah sambil ngancem "ayo abisin makanannya kalo engga ntar ga diajak jalan jalan lho" ternyata ga baik ya spt itu :(
ReplyDeleteteorinya gitu mba, yu ah kita sedikit demi sedikit berubah..hehe
Delete